

Ada-ada aja yang mewabah di negeri tercinta ini, mulai dari gempa, teroris, artis mendadak, sampai ulat bulu. Tapi kalo denger yang terakhir ini bulu bisa langsung merinding duluan....langsung kebayang antara geli, gatal, panas, bentol-bentol sampe meriang.
Katanya sih dimulai dari Probolinggo dan sekitarnya hingga sekarang mulai merayap ke ibu kota, bahkan pulau Bali dan Lombok juga. Penanggulangannya pun bermacam macam dari yang manual dengan semprotan serangga, penyemprot hama, obor bahkan yang ekstrim di tebang. Semua peneliti turun meneliti, pokoknya semua pada "gatal".
Memang menurut pemerintah daerah setempat seperti Probolinggo dan lainnya wabah ulat bulu ini saban tahun selalu terjadi, dan akan menghilang dengan sendirinya. Hanya untuk tahun ini adalah yang terbesar dan terparah.
Ulat yang berbulu itu berbiak dengan cepat karena ada sebabnya. Menurut Bambang Wisanggeni, jumlah ulat kian banyak lantaran perubahan iklim. Iklim yang belakangan cenderung lembab menyebabkan menurunnya populasi burung cerukcuk dan semut cangkrang. Padahal, lanjut Alumni Universita Jenderal Soedirman Purwokerto itu, dua jenis hewan itu adalah pemakan ulat bulu. Dan kedua jenis pemangsa ini rajin pula dimangsa oleh manusia untuk dijual di pasar burung.
Karena jumlah predator ulat bulu ini berkurang drastis maka jumlah mereka berbiak dengan cepat. “Berkurangnya jumlah burung dan semut cangkrang, menyebabkan rantai makanan tidak normal lagi,” kata Bambang.
Dalam kajian ITS, kata Priyo, wabah ulat bulu ini terjadi lantaran berkurangnya pepohonan dan sumber makanan utama bagi ulat. Dia menganjurkan agar warga menanam pohon di sekitar rumah. ITS sendiri sudah menanam ratusan pohon akar tunjang di lahan seluas 20 hektar.
Kampus ini juga melepaskan ratusan burung kutilang dan peking. “Kalau banyak burung, maka banyak ulat yang akan dimakan, “ kata Priyo.
Penyebab lainnya, yang juga menjadi penyebab tidak langsung menggilanya wabah ulat bulu adalah pembudidayaan jenis pohon yang semakin homogen atau seragam. Padahal keanekaragaman jenis tanaman dan pergiliran pola tanam sangat berperan dalam menjaga rantai makanan sehingga predator hama pengganggu tanaman tetap hidup dan mampu membasmi hama pengganggu tanaman secara alami.
Itu mungkin salah satu "contoh kecil" dari terganggunya Keseimbangan Alam namun sanggup membuat semua pihak merasa kegatalan. Dan kita umat manusia sebagai pemimpin di dunia, karena gak mungkin monyet atau raja rimba yang menjaga kestabilan alam harus sudah bertindak agar "contoh kecil" itu tidak menjelma menjadi "masalah besar" dari Keseimbangan Alam. Sekecil apapun yang kita lakukan untuk menjaga keseimbangan alam per individu di kalikan jumlah manusia yang ada di planet ini pasti sangat-sangat bermanfaat bagi bumi.